IMF Ramal Sepertiga Ekonomi Dunia Resesi, Menkeu: Kurang Menggembirakan

Editor: Yoyok - Selasa, 10 Januari 2023 | 16:00 WIB
Sariagri - Ramalan lembaga internasional tentang kondisi perekonomian global telah membuat sejumlah negara was-was. Bahkan, Dana Moneter Internasional atau IMF mengatakan sepertiga ekonomi dunia, 30 persen atau 40 persen dari perekonomian negara-negara diprediksi mengalami resesi
Menyikapi peringatan lembaga internasional itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di hadapan peserta CEO Banking Forum mengaku merasa tidak gembira. Hanya saja sebagai regulator, dirinya akan selalu optimistis namun tetap waspada akan setiap kemungkinan.
"Jadi hal ini menjadi satu kewaspadaan. 2023 memang prediksi dari lembaga global mengenai dunia kurang menggembirakan, tidak hanya inflasi dan kemungkinan resesi dan kemungkinan juga ada masalah dengan debt sustainability di berbagai negara," ungkap Sri Mulyani, Senin (9/1/2023).
Menurutnya, ekonomi pada 2023 cenderung terus mengalami perlambatan yang konsisten sejak 2021, dari yang sekitar 6 persen pada tahun itu, menjadi sekitar 3,2 persen pada 2022 serta sekitar 2,7 persen ada 2023, masih berdasarkan perkiraan IMF.
"Jadi anda bisa melihat bagaimana turunnya pertumbuhan ekonomi dunia," ucap Sri Mulyani.
Potensi resesi ini diperburuk dengan kondisi utang banyak negara yang tidak lagi sehat. Menurutnya, berdasarkan pembicaraan selama pertemuan G20 di Bali tahun lalu sebanyak 63 negara utangnya dalam kondisi yang memprihatinkan.
"Di dalam statistik lebih dari 63 negara di dunia yang dalam kondisi utangnya mendekati atau sudah tidak sustainable," tuturnya.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan pada tahun ini tantangan perekonomian bagi banyak negara di dunia tidak hanya mencakup potensi resesi, melainkan juga diiringi dengan krisis utang.
"Jadi dunia tahun 2023 ini pada saat harus menjinakkan inflasi dan dipaksa dengan menaikkan suku bunga pada saat debt stock-nya tinggi pasti akan memberikan dampak tidak hanya resesi tapi kemungkinan terjadinya diberbagai negara yang sekarang utangnya sangat tinggi mengalami kemungkinan debt crisis," ujar dia.
Menkeu menambahkan tensi geopolitik juga masih akan mewarnai dinamika perekonomian 2023. Pasalnya perang Rusia dan Ukraina tidak diketahui kapan berakhir. Tensi geopolitik ini telah memperparah disrupsi supply kebutuhan pangan dan energi.
"Ukraina dan Rusia adalah negara-negara yang menghasilkan wheat (gandum) yang sangat signifikan, sehingga harga pangan menjadi terpengaruh, pupuk, dan juga sunflower, cooking oil," jelasnya.
Baca Juga: IMF Ramal Sepertiga Ekonomi Dunia Resesi, Menkeu: Kurang MenggembirakanPertumbuhan Triwulan IV Akan Sedikit Termoderasi, Ini Penjelasan Menkeu Sri
Geopolitik juga telah membuat guncangan terhadap harga energi dunia. Misalnya saja kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang naik dari 700 dolar AS per ton, naik menjadi 1.700 dolar AS per ton.
Tingginya harga CPO kemudian bertransmisi terhadap harga minyak goreng di Indonesia yang melonjak ke harga Rp20.000 per liter. "Harga batu bara kita naik ke 400 dolar AS per ton, hampir 3 kali lipatnya. Harga minyak melonjak ke 126 dolar AS, tadinya 60 dolar AS," ujar Sri Mulyani.