Dolar Tumbang di Asia, Rupiah Kamis Sore Perkasa Jadi Rp14.883 per Dolar AS

Editor: Yoyok - Kamis, 2 Februari 2023 | 16:30 WIB
Sariagri - Dolar Amerika Serikat (AS) tumbang terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk di Asia setelah bank sentral AS, Federal Reserve, mengatakan telah beralih dalam perang melawan inflasi sehinggamemberi pasar dorongan keyakinan bahwa akhir kampanye kenaikan suku bunga bank sentral sudah dekat.
Nilai tukar rupiah pada akhir perdagangan di pasar spot, Kamis (2/2/2023) sore, bahkan perkasa dengan menguat 92 poin atau 0,61 persen menjadi Rp14.883 dibandingkan posisi sehari sebelumnya Rp14.975 per dolar AS.
Selain rupiah, hingga pukul 15.00 WIB, yen Jepang menguat 0,21 persen, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura naik 0,07 persen, dolar Taiwan menanjak 0,68 persen, won Korsel perkasa 0,91 persen, peso Filipina perkasa 1,17 persen, yuan China menguat 0,29 persen, ringgit Malaysia menanjak 0,53 persen, dan baht Thailand menguat 0,23 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar merosot ke level terendah sembilan bulan bahkan setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga. “Sementara pasar bertaruh bahwa perlambatan ekonomi AS akan memaksa the Fed membalikkan sikap hawkish-nya tahun ini,” kata Ibrahim.
The Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan dan berencana untuk terus menaikkan suku bunga guna mengekang inflasi yang tinggi. Ketua Fed Jerome Powell juga menyatakan ketidakpastian mengenai suku bunga akan mencapai puncaknya.
Baca Juga: Dolar Tumbang di Asia, Rupiah Kamis Sore Perkasa Jadi Rp14.883 per Dolar ASAsyik, Rupiah Selasa Sore Menguat Jadi di Bawah Rp15.000 per Dolar AS
Tetapi komitmen the Fed untuk terus menaikkan suku bunga meningkatkan ekspektasi perlambatan ekonomi AS tahun ini, yang pada gilirannya mendorong spekulasi bahwa Fed dapat mulai memangkas suku bunga paling cepat pada paruh kedua tahun 2023.
Pasar sekarang menunggu laporan nonfarm payrolls AS bulan Januari yang akan dirilis pada Jumat. “Mata uang di Asia mendapat keuntungan dari pivot oleh Fed, mengingat hal itu akan memperlebar kesenjangan antara imbal hasil utang berisiko dan berisiko rendah,” kata Ibrahim.