Dolar Menguat di Asia, Rupiah Akhir Pekan Terpuruk Jadi Rp15.133 per Dolar

Ilustrasi: Lembaran dolar AS dan rupiah Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pri)

Editor: Yoyok - Jumat, 10 Februari 2023 | 17:00 WIB

Sariagri - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpuruk di pasar spot pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (10/2) sore. Mata uang Garuda melemah 37 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.133 dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya Rp15.096 per dolar AS.

Selain rupiah, dolar Taiwan melemah 0,16 persen, won Korsel tergerus 0,36 persen, yuan China melemah 0,17 persen, ringgit Malaysia terkoreksi 0,27 persen, baht Thailand turun 0,02 persen.

Sedangkan dolar Hong Kong stagnan, yen Jepang perkasa 1,20 persen, dolar Singapuran naik 0,06 persen, peso Filipina naik 0,07 persen, dan rupee India menguat 0,11 persen.

Dilaporkan, dolar secara luas menguat di sesi Asia pada Jumat sore, karena investor tetap menghindari risiko menjelang data inflasi AS minggu depan, dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi dan laju kenaikan suku bunga Federal Reserve merusak sentimen.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang safe-haven AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,155 persen pada 103,34, setelah turun 0,24 persen di sesi sebelumnya. Indeks bersiap untuk menambah kenaikan mingguan, minggu positif kedua berturut-turut dan kenaikan yang belum pernah terjadi sejak Oktober.

Euro turun 0,15 persen menjadi 1,072 dolar dan ditetapkan untuk kerugian minggu kedua berturut-turut, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2093 dolar, turun 0,24 persen sehari menjelang data PDB untuk kuartal keempat.

Baca Juga: Dolar Menguat di Asia, Rupiah Akhir Pekan Terpuruk Jadi Rp15.133 per Dolar
Rupiah Kembali Terpuruk, Selasa Sore Jadi Rp15.148 per Dolar AS

Ahli strategi mata uang OCBC Christopher Wong mengatakan pasar valuta asing kemungkinan akan diperdagangkan bergerak menyamping pada Jumat karena tidak ada data utama dan pembicaraan Federal Reserve, menempatkan fokus pada data inflasi yang akan dirilis minggu depan.

"Gambaran luasnya adalah Fed melakukan kalibrasi kebijakan. Tetapi, untuk jangka pendek ada kehati-hatian yang diberikan oleh pejabat Fed baru-baru ini dan bagaimana tren disinflasi mungkin bergelombang," ujar Wong.